f Potret Remaja Akan Agama Islam | tiartiur-cipustudent.blogspot.com
Jumat, 01 Juni 2012

Potret Remaja Akan Agama Islam


Potret Remaja Akan Agama Islam

Pada usia antara 13 sampai 18 tahun atau saat anak baru memasuki masa studi level SLTP sampai lulus SLTA disebut dengan masa puber. Masa puber adalah masa perubahan drastis. Perubahan hormonal ini disertai dengan pertumbuhan fisik dan kejiwaan.

Istilah remaja (teenager) disebut juga dengan adolescene yang secara psikologis ditandai dengan sejumlah perubahan kognitif, emosional, fisikal dan perilaku yang dapat menjadi penyebab konflik di satu sisi dan perkembangan kepribadian positif di sisi yang lain.
Lingkungan rumah dan orang tua masih memainkan peran penting bagi perilaku dan pilihan hidup yang dilakukan remaja. Artinya, remaja yang memiliki hubungan baik dengan orang tuanya kecil kemungkinan akan terlibat dalam berbagai perilaku yang tidak baik seperti merokok, minum alkohol, berkelahi dan/atau hubungan seksual di luar nikah.
Pemikiran, ide dan konsep yang dikembangkan pada masa remaja ini akan sangat berpengaruh pada kehidupan masa depan anak dan akan memainkan peran besar dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Pada waktu yang sama, pada sebagian remaja periode ini adalah masa sulit, membosankan, tiada menentu dan tanpa motivasi. Untuk itu memberikan motivasi agar mereka menjadi invididu besar dan diterima secara sosial sangatlah perlu. Memberi bacaan buku-buku biografi orang ternama baik level nasional dan dunia akan sangat membantu menginspirasi and memotivasi mereka. Tentu saja, biografi Nabi Muhammad hendaknya menjadi bacaan pertama.
Al Ghazali mengatakan bahwa salah satu faktor metode pendidikan Islam yang baik adalah dengan memberikan anak suatu lingkungan pertemanan yang baik, bermoral and religius. Kondisi ini menjadi lebih diperlukan saat anak memasuki masa remaja. Karena tidak sedikit dari mereka yang lebih mengasosiasikan diri dengan teman-temannya, dari pada dengan orang tuanya. Karena itu pengaruh lingkungan sangatlah besar dalam membentuk karakter anak.
Pesantren
Dalam hal ini, mengirim anak ke pesantren akan memenuhi anjuran Al Ghazali di atas yakni menempatkan anak remaja dalam lingkungan yang baik dan religius di satu sisi. Sementara keinginan orang tua akan model pendidikan apapun dalam level SLTP SLTA sudah tersedia di pesantren di sisi yang lain.
Saat ini menurut saya pesantren adalah solusi pendidikan terbaik bagi anak usia remaja. Baik pendidikan secara sosial religius maupun pendidikan  umum. Apapun keinginan dan harapan orang tua akan masa depan anaknya tidak akan terhalangi dengan mengirim anaknya ke pesantren pada usia remaja.
Berbagai macam model pesantren dengan berbagai fasilitas sudah tersedia saat ini sesuai dengan kondisi sosial-ekonomi orang tua dengan berbagai level pendidikan yang tersedia dalam satu kompleks pesantren. Mulai dari TK, SD, SLTP, SLTA dan bahkan perguruan tinggi.
Di saat di mana kenakalan remaja dan seks bebas sudah mencapai level yang sangat mengkhawatirkan, mengirim anak ke pesantren menjadi kebutuhan natural bagi orang tua untuk memberikan iklim yang baik dalam proses belajar anak. Kecuali apabila orang tua tidak peduli akan masa depan anaknya.
Secara umum, yang melatarbelakangi penelitian ini adalah realitas di lapangan, terdapat beberapa kelemahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu: pertama, Materi ajar. Materi ajar PAI cenderung normatif belum kontekstual. Kedua, metode pengajaran. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam menggunakan metode yang kurang variatif, inovatif, dan cenderung tradisional. Ketiga, pendidikan agama masih berpusat pada hal-hal yang bersifat simbolik, Keempat, kegiatan pendidikan agama cenderung bertumpu pada penggarapan ranah kognitif dan emosional, tetapi tidak dapat mewujudkannya dalam tindakan nyata akibat tidak tersentuhnya ranah psikomotorik. Merujuk dari permasalahan tersebut, peneliti secara spesifik membahas materi ajar PAI dalam buku ajar SMA.
Aspek yang dijadikan fokus bahsan adalah ketrkaitan buku ajara dengan problematika remaja. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan karakteristik dan kecenderungan buku ajar Pendidikan Agama Islam di SMA, menemukan relevansi buku ajar Pendidikan Agama Islam di SMA terhadap problematika remaja dan mendeskripsikan pengembangan buku ajar PAI di SMA yang sensitif terhadap problematika remaja.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yng dilakukan adalah wawancara, angket dan dokumentasi. Sumber penelitian ini adalah data arsip dan praktisi pendidikan Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :
(1) materi pendidikan agama terdiri dari al-Qur’an, aqidah, akhlak, fikih dan tarikh. Materi-materi yang diajarkan berdiri sendiri dan belum tersusun dalam the body of knowledge dan lebih cenderung pada tataran normtif belum kontekstual;
(2) dalam penyusunan materi ajar PAI, permasalahan aktual yang dihadapi siswa sebagai imbas dari perkembangan teknologi, perubahan tata nilai serta karakteristik siswa yang sedang memasuki masa remaja belum banyak dibahas; dan
(3) pengembangan PAI yang ditawarkan adalah pembelajaran terpadu dapat dilakukan dengan empat model integrasi yaitu : model terhubung (connected), model (Squenced), model tematik webbed dan model integrated antar bidang studi. Permasalahan remaja yang dapat diintegrasikan terutama masalah seksual, psikososial, emosional dan pemberontakan terhadap subkultur.
Umat Islam masih terus berhadapan dengan banyak tantangan. Tantangan-tantangan ini menjadikan semua unsur jati diri umat sebagai sasarannya. Media-media kita juga terperangkap dalam dampak negatif media materialisme Barat, yaitu provokasi, amoralitas, penyebaran isu, dan pengaburan fakta. Semua ini sangat jauh dari karakteristik qurani sebuah media sejati.
Terkait budaya dan persoalan-persoalan kebudayaan kita pun, dengan sangat menyesal harus dikatakan bahwa persoalan kebudayaan kita juga telah menjauh dari nilai-nilai Alquran dan agama.
Kini, saat kita berada di era kebangkitan Islam, semua penanggung jawab dalam urusan media dan budaya mesti melakukan perencanaan matang untuk kembali kepada nilai-nilai agama dan menciptakan masa depan dengan visi tercerahkan dan semangat yang lebih tinggi.
Kita mesti mengembalikan identitas generasi muda kepada mereka sesuai ajaran Islam dan sirah Nabi saw. Nabi saw mencurahkan perhatian khusus terhadap masalah ini dan mengajarkan beragam cara untuk mewujudkan tujuan ini.
Islam menghendaki keseimbangan dari manusia dalam memandang realita dan menyikapinya. Islam menuntut manusia untuk selalu memanfaatkan tiap kesempatan yang dimilikinya, karena kesempatan tak bisa diperoleh tiap saat lantaran perubahan situasi dan kondisi.
Terkait hal ini, Imam Ali as berkata,”Manfaatkan masa mudamu sebelum masa tuamu dan saat sehatmu sebelum saat sakitmu.”
Beliau juga mengatakan,”Alangkah singkatnya jarak antara dunia dan akhirat, juga antara masa tua dan masa muda.”
Masa muda adalah salah satu kesempatan yang harus digunakan sebaik-baiknya. Ini adalah tahap dimana semua dimensi kepribadian manusia terbentuk dalam bingkai rasionalitas dan pembinaan yang berakar pada jiwa. Oleh karena itu, Islam sangat menekankan pentingnya masa muda, sebagaimana yang dinyatakan dalam riwayat-riwayat berikut ini:
“Tobat itu baik, dan lebih baik jika dilakukan di masa muda.”
“Allah akan menaungi dengan rahmat-Nya pemuda yang terdidik untuk menyembah-Nya.” (Nabi saw)
“Sesiapa yang mempelajari Alquran di masa muda, maka Alquran akan meresap dalam darah dan dagingnya.” (Nabi saw)
“Allah mencintai pemuda yang menghabiskan masa mudanya untuk menaati-Nya.” (Nabi saw)
Ya, Allah menghendaki agar pemuda menjadi simbol kekuatan dan keindahan, baik secara lahiriah atau batiniah. Imam Hasan Askari as berkata,”Ketampanan adalah keindahan lahiriah, dan akal adalah keindahan batiniah.”
Menyifati Fatimah az-Zahra as, Nabi saw bersabda,”Allah menciptakan semua anggota tubuh putriku, dari otak hingga tulang, penuh dengan iman.” Beliau juga pernah bersabda,”Dari mulai otak hingga tulang, Ammar bin Yasir dipenuhi oleh iman.”
Dalam kisah Nabi Yusuf as, kita melihat perpaduan antara keindahan jasmani, Demi Tuhan, ini bukan manusia, tapi malaikat yang mulia (Yusuf:31), dan keindahan ruhani. Kendati berada dalam penjara, Nabi Yusuf as tetap mengajak selainnya untuk beriman kepada Allah, Wahai kedua teman sepenjaraku, mana yang lebih baik: tuhan-tuhan yang berpisah, atau Allah Yang Mahaesa dan Mahakuasa (Yusuf:39). Di saat yang sama, beliau adalah pemuda yang menahan diri dari maksiat, meski menghadapi godaan dan rayuan,Dan dia (Zulaikha) menutup pintu-pintu dan berkata: Datanglah kepadaku. Yusuf berkata: Aku berlindung kepada Allah. Dia telah mengangkat kedudukanku. Sesungguhnya orang-orang zalim tak akan beruntung(Yusuf: 23). Kepribadian Nabi Yusuf as yang mulia ini tetap terjaga meski beliau telah memegang kendali kekuasaan di Mesir, Tuhanku, Engkau telah memberiku kekuasaan dan mengajariku takwil mimpi. Wahai pencipta langit dan bumi, Engkau adalah penguasaku di dunia dan akhirat. Matikan aku sebagai orang yang berserah diri dan sertakan aku bersama orang-orang saleh (Yusuf: 101).
Metode Pembinaan Islam Demi Mencetak Generasi Muda Ideal
Literatur-literatur Islam menggunakan semua sarana untuk memahamkan pentingnya masa muda. Berikut adalah sarana-sarana yang disebutkan dalam literatur-literatur Islam:
1. Memperlihatkan bimbingan langsung yang memotivasi generasi muda untuk menghubungkan emosi dan keyakinan serta menata perilaku mereka berasaskan dua hal ini: Hal ini terefleksikan dalam wejangan Luqman kepada putranya, Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Luqman: 13-19)
2. Penekanan akan nilai sifat-sifat ini: Literatur-literatur Islam menyebutkan pengaruh sifat-sifat ini pada diri manusia, seperti sabda Nabi saw,”Allah menaungi dengan rahmat-Nya pemuda yang terdidik untuk beribadah kepada-Nya.”
Beliau juga bersabda,”Allah mencintai pemuda yang menghabiskan masa mudanya untuk menaati Allah.”
Imam Baqir as berkata,”Tiap kali ayahku melihat para pemuda yang menuntut ilmu, ia mendekatkan mereka kepadanya dan berkata,’Selamat bagi kalian! Kalian adalah penyimpan ilmu. Tak lama lagi, kalian yang sekarang bukan apa-apa, akan menjadi mulia di kemudian hari.’”
3. Menunjukkan teladan agung bagi generasi muda: Beberapa ayat dan riwayat menegaskan bahwa semua nabi terpilih sebagai utusan Allah saat menginjak usia muda:
Dan saat ia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. (Yusuf: 22)
Mereka berkata: Kami mendengar seorang pemuda bernama Ibrahim yang menyebut-nyebut mereka (berhala-berhala). (al-Anbiya`: 60)
Diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda,”Semua nabi diutus Allah saat mereka menginjak usia muda.”
Beliau juga bersabda,”Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali saat ia masih berusia muda. Tak ada orang berilmu kecuali ia telah belajar di masa mudanya.”
Dalam riwayat lain, beliau bersabda,”Wahai keluarga Abdul Muthalib! Demi Allah, aku tidak melihat di tengah kaum Arab seorang pemuda yang membawakan sesuatu bagi kaumnya lebih baik dari yang kubawa bagi kalian. Aku membawakan kebaikan dunia dan akhirat untuk kalian.”
Para nabi sendiri memiliki perilaku yang patut diteladani. Salah satunya adalah Ibrahim as, yang dideskripsikan Alquran seperti berikut, Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah kami mengetahui (keadaan)nya. (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya?" Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata". (al-Anbiya`: 51-54)
Nabi Ibrahim as adalah contoh manusia yang bertauhid, ikhlas, teguh, yakin kepada Allah, dan penyabar. Nabi Ismail as juga seorang pemuda beriman yang menyatakan kesabarannya dikorbankan demi melaksanakan perintah Allah, Dan Ismail berkata: “Wahai Ayah, laksanakan apa yang diperintahkan kepadamu, dengan kehendak Allah kau akan mendapatkanku sebagai orang yang bersabar. (as-Shaffat: 102)
Tentang pribadi Nabi Yusuf as, Allah berfirman, Demikianlah agar Kami memalingkannya dari kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (Yusuf: 24)
Ada pula Nabi Musa as, yang tidak mabuk oleh kekuatannya. Bahkan, beliau menggunakannya untuk melakukan perbuatan baik dan menyatakan ketergantungannya kepada Allah, Kemudian Musa memberi air untuk (ternak) kedua wanita itu, lalu ia kembali ke bawah bayangan dan berkata: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku membutuhkan kebaikan yang Kau turunkan kepadaku. (al-Qashash: 24)
Ada pula Ashabul Kahfi; para pemuda yang menolak masyarakat kafir mereka, Kami ceritakan kepadamu berita sebenarnya tentang mereka. Mereka adalah para pemuda yang beriman kepada tuhan mereka dan Kami tambahkan hidayah untuk mereka. (al-Kahfi: 13)
Teladan teragung adalah Nabi Muhammad saw, yang disifati Allah sebagai berikut, Dalam diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi kalian, bagi orang yang mengharap Allah dan Hari Akhir serta banyak mengingat-Nya. (al-Ahzab: 21)
Diriwayatkan bahwa beliau bersabda,”Aku adalah orang mulia, putra orang mulia, dan saudara orang mulia.”
Beliau menghimpun semua sifat terpuji dalam dirinya, sampai-sampai Allah berfirman tentang beliau,Sesungguhnya kau memiliki akhlak yang agung. (al-Qalam: 4)
4. Penekanan akan tanggung jawab generasi muda terhadap masa muda mereka: Terkait hal ini, Nabi saw bersabda,”Di hari kiamat, para hamba akan ditanya tentang bagaimana mereka menghabiskan umur dan masa muda mereka.”
Imam Ali as berkata,”Sesiapa yang tidak berusaha di masa mudanya, maka dia tak akan menjadi mulia di masa tuanya.”
5. Dalam rangka menekankan pentingnya peran generasi muda, Nabi saw menempatkan beberapa pemuda dalam pos-pos penting. Di antaranya:
a. Sebelum hijrah, Nabi saw mengutus Mush`ab bin Umair ke Madinah sebagai wakilnya untuk mengajarkan Alquran kepada muslimin di sana. Mush`ab adalah orang pertama yang menyelenggarakan salat Jumat di Madinah.
b. Nabi saw mengangkat `Utab bin Usaid sebagai gubernur Makkah pasca penaklukan Hunain. Saat itu, usianya tidak lebih dari dua puluh satu tahun.
c. Nabi saw mengangkat Usamah bin Zaid sebagai komandan pasukan untuk memerangi Romawi. Di tengah pasukannya, terdapat beberapa tokoh Muhajirin dan Anshar. Usamah waktu itu baru berusia delapan belas tahun.
d. Ketika Nabi saw pergi menuju Tabuk, beliau mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya di Madinah. Beliau bersabda kepada Ali,”Apakah kau suka memiliki kedudukan di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa?”
e. Pasca penaklukan Makkah, Nabi saw menjadikan Mu`adz bin Jabal sebagai pembimbing fikih dan sunnah.
6. Literatur-literatur Islam melalui kisah Nabi Musa as dan hamba saleh yang membunuh remaja yang menyesatkan ayah dan ibunya (al-Kahfi:80), mengajak kita untuk berlepas diri dari generasi muda yang menyimpang.
7. Di saat yang sama, Islam mendorong masyarakat dan orangtua untuk mendidik anak saleh dan tidak durhaka. Terkait hal ini, Nabi saw bersabda,”Allah melaknat orangtua yang membuat anak mereka menjadi durhaka.” Beliau juga bersabda,”Aku menasihati kalian untuk memerhatikan para pemuda, sebab hati mereka lebih rapuh ketimbang yang lain.”
8. Islam mengajak generasi muda untuk memilih teman yang baik dan berakhlak mulia serta menjauhi orang-orang yang menyimpang. Imam Ali Sajjad as berkata kepada putranya,”Hindarilah berteman dengan pembohong, karena dia ibarat fatamorgana; dia menjauhkan yang dekat darimu dan mendekatkan yang jauh kepadamu.”
Berbicara tentang remaja selalu mendapat tanggapan yang beraneka ragam. Sayangnya, sekarang ini kesan yang ada dalam benak masyarakat justru cenderung kebanyakan negatif. Dimulai dari perkelahian antar pelajar, pornografi, kebut-kebutan, tindakan kriminal seperti pencurian dan perampasan barang orang lain, pengedaran dan pesta obat-obat terlarang, bahkan yang sekarang lagi heboh adalah dampak pergaulan bebas yang semakin mengkhawatirkan.

Apalagi sekarang terpaan media informasi di abad millennium ini semakin merambah dengan cepat. Di daerah yang tidak diduga sekalipun bahkan terpencil ada saja tempat untuk pemutaran film-film porno. Rental VCD bertebaran di setiap tempat, belum lagi media cetak yang demikian bebas mengumbar informasi sensual dan kemesuman
Satu masalah yang perlu mendapat perhatian serius adalah bebasnya hubungan antar jenis diantara pemuda yang nantinya menjadi tonggak pembaharuan. Islam sangat memperhatikan masalah ini dan banyak memberikan rambu-rambu untuk bisa berhati-hati dalam melewati masa muda. Suatu masa yang akan ditanya Allah di hari kiamat diantara empat masa kehidupan di dunia ini.
Islam telah mengatur etika pergaulan remaja. Perilaku tersebut merupakan batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para remaja. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adalah :
1. Menutup Aurat
Islam telah mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menutup aurot demi menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati. Aurot merupakan anggota tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang yang bukan mahramnya terutama kepada lawan jenis agar tidak boleh kepada jenis agar tidak membangkitkan nafsu birahi serta menimbulkan fitnah.
Aurat laki-laki yaitu anggota tubuh antara pusar dan lutut sedangkan aurat bagi wanita yaitu seluruh anggota tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan.
Di samping aurat, Pakaian yang di kenakan tidak boleh ketat sehingga memperhatikan lekuk anggota tubuh, dan juga tidak boleh transparan atau tipis sehingga tembus pandang. 
2. Menjauhi perbuatan zina
Pergaulan antara laki-laki dengan perempuan di perbolehkan sampai pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Islam adalah agama yang menjaga kesucian, pergaulan di dalam islam adalah pergaulan yang dilandasi oleh nilai-nilai kesucian. Dalam pergaulan dengan lawan jenis harus dijaga jarak sehingga tidak ada kesempatan terjadinya kejahatan seksual yang pada gilirannya akan merusak bagi pelaku maupun bagi masyarakat umum. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 32:“Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk” Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari perbuatan zina, islam telah membuat batasan-batasan sebagai berikut :
Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Jika laki-laki dan perempuan di tempat sepi maka yang ketiga adalah syetan, mula-mula saling berpandangan, lalu berpegangan, dan akhirnya menjurus pada perzinaan, itu semua adalah bujuk rayu syetan.
Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik. Saling bersentuhan yang dilarang dalam islam adalah sentuhan yang disengaja dan disertai nafsu birahi. Tetapi bersentuhan yang tidak disengaja tanpa disertai nafsu birahi tidaklah dilarang.
Tata Cara Pergaulan Remaja
Semua agama dan tradisi telah mengatur tata cara pergaulan remaja. Ajaran islam sebagai pedoman hidup umatnya, juga telah mengatur tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata cara itu meliputi :
a. Mengucapkan Salam
Ucapan salam ketika bertemu dengan teman atau orang lain sesama muslim, ucapan salam adalah do’a. Berarti dengan ucapan salam kita telah mendoakan teman tersebut.

b. Meminta Izin
Meminta izin di sini dalam artian kita tidak boleh meremehkan hak-hak atau milik teman apabila kita hendak menggunakan barang milik teman maka kita harus meminta izin terlebih dahulu

c. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
Remaja sebagai orang yang lebih muda sebaiknya menghormati yang lebih tua dan mengambil pelajaran dari hidup mereka. Selain itu, remaja juga harus menyayangi kepada adik yang lebih muda darinya, dan yang paling penting adalah memberikan tuntunan dan bimbingan kepada mereka ke jalan yang benar dan penuh kasih sayang.

d. Bersikap santun dan tidak sombong
Dalam bergaul, penekanan perilaku yang baik sangat ditekankan agar teman bisa merasa nyaman berteman dengan kita. Kemudian sikap dasar remaja yang biasanya ingin terlihat lebih dari temannya sungguh tidak diterapkan dalam islam bahkan sombong merupakan sifat tercela yang dibenci Allah.


e. Berbicara dengan perkataan yang sopan
Islam mengajarkan bahwa bila kita berkata, utamakanlah perkataan yang bermanfaat, dengan suara yang lembut, dengan gaya yang wajar .

f. Tidak boleh saling menghina
Menghina / mengumpat hukumnya dilarang dalam islam sehingga dalam pergaulan sebaiknya hindari saling menghina di antara teman.

g. Tak boleh saling membenci dan iri hati
Rasa iri akan berdampak dapat berkembang menjadi kebencian yang pada akhirnya mengakibatkan putusnya hubungan baik di antara teman. Iri hati merupakan penyakit hati yang membuat hati kita dapat merasakan ketenangan serta merupakan sifat tercela baik di hadapan Allah dan manusia.

h. Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat
Masa remaja sebaiknya dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat remaja harus membagi waktunya efisien mungkin, dengan cara membagi waktu menjadi 3 bagian yaitu : sepertiga untuk beribadah kepada Allah, sepertiga untuk dirinya dan sepertiga lagi untuk orang lain.

i. Mengajak untuk berbuat kebaikan
Orang yang memberi petunjuk kepada teman ke jalan yang benar akan mendapatkan pahala seperti teman yang melakukan kebaikan itu, dan ajakan untuk berbuat kebajikan merupakan suatu bentuk kasih sayang terhadap teman.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;